Minggu, 22 November 2015

Detik-Detikku Menjadi Anak Yatim


Detik-Detikku Menjadi Anak Yatim


Dewi Purwati

Pagi ini sangatlah cerah, mentari bersinar terang dan kicauan burung bersenandung indah dipucuk pepohonan. Akupun bergegas untuk menyiapkan makanan yang akanku bawa kerumah sakit nanti. Dihari ini akupun berharap semoga keadaan ayah kunjung membaik, setelah bersiap – siap dan memastikan tidak ada yang ketinggalan akupun segera melenggang mulai meninggalkan rumah untuk menuju rumah sakit.
Sesampainya aku di rumah sakit dengan langkah pasti aku menuju keruangan dimana ayahku dirawat. Tapi, betapa kagetnya aku disana aku hanya mendapati kamar kosong yang sudah tertata rapi. Dan secara reflek aku langsung pergi ke resepsionis untuk menanyakan  tentang keberadaan ayahku. Ketika aku berjalan disalah satu koridor rumah sakit ternyata diujung koridor ada papan informasi dan dari situlah aku bisa tau ayahku mengalami koma dn dipindah ke ruang ICU.
Akupun segera menyusuri koridor itu untuk menuju ruang ICU. Setelah aku sampai didepan ruang ICU aku melihat ibu yang menangis dan disebelah ibuku ada tante yang berusaha menenangkan ibuku. Betapa lemas tubuhku ini ketika melihat ibu menangis begitu hebatnya. Ibu yang selama ini terlihat tegar ternyata mempunyai sudut yang tak pernah aku bayangkan. Dan akupun mengintip keadaan ayahku lewat kaca ruang ICU. Banyak selang – selang yang menghubungkan ayahku dengan alat – alat itu yang menurutku itu sangatlah menyiksa ayahku.
Detik berganti menit, menit berganti jam, dan jam pun berganti hari. Dan aku dengar dari keputusan dokter ayahku sudah kunjung membaik dan jarak 3 hari kedepan sudah bisa pulang walau masih menjalani rawat jalan. Dan ketika mengatur kepulangan ayahku hanya mau pulang kerumah nenek.
“ya sudahlah tan, turuti saja kemauan ayah.”
“Tapi kamukan tau sendiri, perjalanan ke rumah nenek itu jauhnya seperti apa, selain itu keadaan ayahmu sekarang sedang sakit.”
“Tapi tan, aku mohon turuti permintaan ayah kali ini?”(tantepun hanya tersenyum sambil mengusap rambutku).
                                                            ***

Siang itu aku sangatlah bersemangat walaupun badanku ini terasa sangatlah capek karena baru pulang sekolah. Tetapi kabar kepulangan Ayahlah yang membangkitkanku dari rasa capek ini.
Dan ketika bel skolah berbunyi yang bertanda kegiatan sekolahku sudah berakhir. Aku bergegas menuju tempat parkir dan langsung tancap gas menuju rumah sakit dimana ayahku di rawat. Belumsampaiku di rumah sakit Hpkupun bergetar. Kulihat ada SMS dan ku lihat SMS itu dari tante.
“Dewi kalau kamu sudah pulang lansung kerumah nenek saja, ini ayahmu sudah di bawapulang ke rumah nenek.
Tanpa berfikir panjang lagi dan tanpaku balas SMS dari tanteku tadi aku langsung tancap gas kerumah nenek yang perjalanannya kira-kira memakan waktu selama 2 jam.
            Selama ku diperjalanan hati dan fikiranku sudah tidak terkontrol lagi. Yang aku fikirkan saat inihanya ayah…ayah…dan ayah.
            Sesamapinya ku dirumah nenek langsung ku parkir si krempeng (julukan sepedaku karena bodynya yang kecil) di garasi samping rumah, dan akupun bergegas menuju pintu utama dan langsungmengetuk pintu.
“Assalamuallaikum.....”
“Wa’alaikum  Salam....”
Setelahku dengar jawaban dari dalam rumah akupun segera  masuk dan seketika jantungku ingin berhenti karena  aku tidak kuat untuk melihat ayahku yang duduk dengan raut muka yang pucat dan seletih ini. Ayah yang selama ini kutau sangatlah keras,dan sering memarahiku kini hanya tersenyum dengan pucatnya dihadapanku. Akupun berusaha melangkah untuk menghampiri ayah. Tapi langkahku ini di iringi dengan tetesan air mata yang mengalir begitu saja.
            Dan selama ayah dirumah nenek akupun menjadi agak repot karana sekolahpun harus berangkat dari rumah nenek yang jaraknya pun jauh dari sekolahku sehingga aku harus diantar jemput oleh sepupuku.
***

Dewi”
Ehh iya…iya ada apa” lamunanku seketika lenyap karna kehadiran Desi yang mendadak berada disampingku.
Kamu kenapa kok melamun”
Enggak tau nih Des gak bisa konsen gitu, aku khawatir dengan keadaan Ayahku”
Sudahlah wi… kamu do’a aja semoga ayah kamu cepat sembuh trus bisa cepet pulih”
Belum sempet aku menjawab nasehat dari Desi Hpku bergetar, dan ketika kulihat ternyata ada SMSdari tanteku.
            Dewi kamu akan dijemput kak Setya soalnya ayah kamu kambuh lagi.
Tanpa aku membalas sms dari tanteku dan tanpaku menghiraukan Desi yang sedang disampingku aku langsung masuk kelas, segeraku membereskan buku-buku dan tak lupa aku menulis secarik surat untuk meminta ijin kepada guru mata pelajaran selanjutnya yang aku titipkan pada ketua kelasku. Akupun segera keluar dari gerban sekolah, belum ada 10 menit aku menunggu kak Setya sudah datang. Tanpa babibu lagi aku dan kak Setya langsung tancap gas. Disepanjang perjalanan aku sandarkan kepalaku ini di pundak kak Setya, dan akupun menangis karna aku sangat mengkhawatirkan keadaan ayah saat ini.
            Sesampainya ku dirumah nenek aku langsung menuju ke kamar dimana ayahku berada. Aku yang sejak tadi menangis berhenti mendadak karena aku tidak kuasa melihat keadaan ayahku. Selang-selang dan peralatan medispun kembali menempel di tubuh ayahku. Seketika aku langsung memeluk tubuh ayahku yang lemas itu dan ayahkupun hanya tersenyum. Dan dari ruang sebelah aku dengar sedang ada pertengkaran yang begitu hebatnya. Dan tidak salah lagi itu adalah suara ibu dan kak setya.
Tapi cepat atau lambat Dewi akan tau kalau ayahnya menderita komplikasi pada organ dalam yang sudah parah”
Seketika darahku ini berhenti mengalir dan digantikan dengan air mataku ketika kudengar perkataan kak Setya itu. Dan segeraku alihkan pandanganku pada ayah.
Ayah baik-baik saja kok dew” kata ayahku sambil tersenyum.
Aku pun langsung keluar kamar meninggalkan ayahku dan segeraku mencari kak setya ku lihat kekamar sebelah kak setya sudah tidajk disitu yang ada hanya Ibu ku yang sedang menangis inginku menenangkannya tapi aku ingat tujuanku adalah mencari kak setya dan  setelah ku mencari kesusut-sudut rumah ternyataa kak setya sedang duduk di belakang rumah.
Kak...
Ehh Dewi, ada apa? Kakak kira kamu masih di kamar ayahmu.
Kakak jujur ya, sebenarnya Ayah itu sakit apa?
“Ayahmu baik-baik saja kok wi, Ayahmu pasti sembuh”
“Tapi Dewi tadi sempet mendengar pertengkaran Ibu dengan kak setya”
(Kak setya pun hanya diam, dan malah pergi begitu saja dari hadapanku)
                                                           
***

            Malam itu aku ingin sekali tidur disamping Ayah tapi tidak di izinkan oleh Ibuku, takutnya aku malah mengganggu tidur ayah. Tapi, berkat sifat keras kepalaku ini akhirnya aku mendapat izin menjaga ayah untuk malam itu.
“Wi..Dewi bangun.”
“E…E…”
“Sholat isyak dulu” tegas kak setya.
“Kamu belum sholat isyak kan”
Secara reflek mataku melihat jam ternyata sudah jam 20.15 ternyata aku tadi ketiduran.
Yah isyak dulu ya.”
Ayahpun hanya tersenyum. Aku langsung membimbing ayah untuk tayamum dan membantu ayah untuk menunaikan sholat isya dengan posisi tidur. Setelah ayah selesai akupun segera ambil wudhu dan sholat isya. Selesai sholat aku disuruh ibu untuk mengambilkan makan malam untuk ayah. Dan tugasku jugalah yang harus menyuapkan suapan demi suaan nasi itu. Dan sekitar jam 21.00 akupun terlelap disamping ayah.

***

Dew.. Dewi bangun sholat subuh dulu.”
“Eeee…..”
akupun bangun dengan malasnya. Dan akupun mencoba membangunkan ayah. Waktu ayah bangun raut muka ayahpun tak seperti biasanya.
Yah sholat dulu ya.”
“Ayah dah gak kuat Wi. Ayah capek.”
Yahhhh”
“Ayah mau baca ayat kursi saja biar tenang.”
Akupun seperti orang bodoh tidak bisa menangkap tanda-tanda kepergian ayah, aku malah menuntun beliau membaca ayat kursi. Perlahan tapi pasti Ayah tetap melantunkan ayat kursi itu. Akupun meninggalkan ayah begitu saja karena aku harus mempersiapkan diri untuk berangkat sekolah nanti. Sekitar pukul 05.30 aku berniat untuk menyuapi ayah untuk sarapanDan kali itu mata ayah sangat sayu.
“Ayah kok nggak seperti biasanya.”
“Ayah capek Wi ayah mau istirahat saja.
“Tapi sarapan dulu ya yah, nanti baru istirahat.”
Ayahpun hanya tersenyum. Dan setelah 2 suapan ayahpun tak mau membuka mulutnya lagi.
            “Yah, 1 suapan lagi ya.”
            “Sudah Wi, sudah cukup. Ayah mau istirahat.”
Piring yang masih tersisa nasi itupun aku letakkan diatas meja. Dan aku kembali duduk disamping ayah.
            “Dewi berangkat yukk.”  Teriak kak setya.
            “Ayo kak.”
Akupun mengambil tas dan helm yang ada dikamar.
“Yah Dewi berangkat ya..” sambil mencium tangan ayah.
            “Iya, Dewi sekolah yang sungguh-sungguh, jangan kecewakan Ayah dan Ibumu.
            “Iya yah.” Akupun merasakan hal aneh, tidak biasanya ayah berpesan seperti itu.
            “Wi ayah mau istirahat.”
            “Iya yah, nanti kalau ada apa-apa Ibu didapur kok yah.”
            “Sudah, ayah tak mau merepotkan ibumu lagi.”
            “Ya sudah. Assalamualaikum yah”
            “Waalaikumsallam” jawab ayah sambil tersenyum.
Akupun pergi meninggalkan ayah dan kak setyapun bangkit dari duduknya. Belum sampai didepan pintu aku merasa sangat aneh rasanya ada sesuatu dengan ayah.
            “Hehhhh…hehh…hehhh...
            “Ayahhhhhhh...
Secepat kilat aku meletakkan tas dengan helm ku dan sagara ku mendekati ayah.
            “Yahhhh, ayahhhhh. Kak setya tolong ayah.”
            “Sebentar Wi, aku panggilkan ibumu.”
Tibalah ibu dengan tetesan air mata yang disusul kak setya dan Om Yudi.
            “Mas ikuti kata-kataku. La ilahaillallah Muhammadar rasulullah.”
Ayahpun mengikuti kata-kata Om Yudi dengan terbata-bata. Dan seleai mengucapkan kalimat itu dengan nafas terputus-putus ayahpu memejamkan matanya dan diakhiri nafas yang sangat panjang yang tak ku dengar lagi.
            “Inalillahi Wainailaihi Rojiun.” Lanjut om yudi.
            Om, ayah kenapa?” tanyaku setengah kebinggungan.
            “Ikhlaskan ayahmu Wi.”
            “Yahhhh… Ayah bangun.”
Ayahpun terbaring lemas dan tak menjawab ataupun tersenyum padaku.
            “yahhhhh, Ayah kenapa? Yahhhh, jawab Ayah gak boleh diem aja.”
Ku lihat ibu dibopong kak setya, dan sepertinya ibu tak sadarkan diri.
            “Wi, ayo pindahkan ayahmu kebawah.”
            “Om. Jangan dulu.. ayah pasti bangun lagi kok.”
            “Dewi..yang sabar ya Dewi harus ikhlas.”
Akupun tersandar lemas diatas tempat tidur ayah. Aku hanya bisa melihat ayah yang diam tanpa ekspresi. Dan akupun dibawa kak setya ke kamar, aku disuruh kak setya menemani ibu yang terus menangis disitu juga ada tante yang mencoba menenangkan ibu. Akupun keluar mencari kak setya dan aku meminta ayah dimakamkan dikampung halaman ayah. Dan kak setya pun cepat mengurus semuanya.
            Dan setelah semuanya selesai, akupun merasa berbeda. Kini hari-hariku pun tak sepert dulu. Ibuku pun juga sering melamun. Aku seperti kehilangan salah satu organ penting dalam tubuhku. Dan kinisetelah keepergian Ayah, statuskupun berubah menjadi anak yatim.



***_The End_***



Tidak ada komentar:

Poskan Komentar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar