Kamis, 26 November 2015

Ku Temukan Ayah Ke Dua Ku


Ku Temukan Ayah Ke Dua Ku
Oleh : Dewi Purwati



            Kini lambat laun hari-hari ku sudah  mulai berubah, hari-hari yang dulunya ku isi dengan sejuta lamunan dan ribuan tetesan air mata kini mulai terisi dengan canda gurau dan senyuman. Sosok ayah yang telah tiada kini kutemukan lagi di dalam diri Yuko yang notabene Yuko ini adalah kakak kandung dari Santi (sahabat karibku).
            Mulanya berawal dari ketidak sengajaan yang sekaligus menjadi awal pertemuanku dengan Yuko. Santi yang sering kerumahku entah untuk belajar kelompok ataupun hanya main yang semata-mata hanya ingin curhat saja.
            Waktu itu hujan turun dengan lebatnya. Santi pu merasa kebingungan karena selain memikirkan cara ia untuk pulang ia juga memikirkan Ibunya karena ternyata kepergian Santi dari rumah tidak diketahui oleh Ibunya.
            “Santi kenapa kamu tidak mencoba untuk menghubungi orang rumah.” Usulku...
            “Ohh iya ya dew, kok aku gak ke fikiran sih..” jawab Santi
            Santipun mengambil Hpnya dan terlihat sedang mencari-cari nomer diHPnya dan setelah itu Santi duduk di dekatku dan mendekatkan Hp itu kesamping telinganya.
            “Sisa pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini”
            Seketikan telinga dan mulutkupun bereaksi. Telingaku yang mendengar itu bekerjasama dengan mulutku yang langsung tertawa terbahak-bahak dan Santipun hanya tersenyum malu.
“Nih San pakai saja Hpku” sambilku sodorkan Hpku dengan senyuman yang penuh arti.
            “Wokey Dew.. hehehe.” Jawab Santi sambil mengambil HP dari tanganku dan terlihat Santi sedang mengetik nomer yang dilihat dari HPnya dan selanjutnya mendekatkan HP itu disamping  telinganya.
“Kak bisa jemput Santi gak? Santi ini lagi dirumah Dewi kejebak hujan.” Suara santi memberitahu seseorang dibalik HP sana.
“Makasih ya kak, tapi cepet ya gak pakek lama.” Timpal Santi setelah orang itu mengiyakan perintah Santi.
            “Udah San.” Tanyaku
            “Udah Dew, ini Dew Hpmu makasih ya” jawab Santi sambil tersenyum malu.
***


“Santi...”
            Terdengar seseorang memenggil Santi dari luar karena cuaca saat itu hujan lebat jadi suara itu terdengar samar-samar. Langsungku intip siapakah tamu yang datang itu, aku pun tidak asing dengan wajah itu.
“Sepertinya aku kenal dengan wajah itu.” Gumamku
            “Siapa Dew?” tanya Santi
            “Gak tau tu San tapi aku seperti sudah sangat familyar dengan wajah itu.”
            “Ciri-cirinya gimana?” tanya Santi penasaran. Sambil mendekatiku.
“Putih... tinggi... emmmm bisa juga dikategorikan gantenglah San” jawabku sekenanya.
            “Haaaaa ganteng Dew?”
            “Memangnya kenapa San, emang ganteng kok”
            “Itu kakak ku Dew”
Pipikupun langsung memerah mendengar itu. Tapi jujur cowok itu bisa masuk dalam daftar kriteriaku. Akupun keluar kamar dengan Santi untuk menemui kakak Santi.
“San jangan bilang kakakmu ya tentang tadi.” Pinta ku.
“Gampang Dew yang penting ada uang tutup mulutnya.” Sambil cengar-cengir.
“Santi... ehhh San inikan masih sore kenapa kakak mu gak kamu suruh msuk dulu aja toh diluar masih hujan.”
“Sebentar ya wi kalau gitu coba ku tanya sama kakak ku dulu.”
            Santipu melenggang keluar dan akupun duduk disofa ruang tengah. Selang bebrapa menit kemudian terdengar suara pintu terbuka, terlihaat Santi dan disusul oleh sosok cowok dibelakannya dan tidak lain itu adalah kakak Santi. Dan betapaku di buat tercengang olehnya semakin dekat kakak Santi semakin membuatku bengong.
“Dew kenalin ni kakak ku namanya Yuko, itu lo yang sering aku ceritakan ke kamu.”
            bersamaan dengan itu Yuko pun menyodorkan tangannya bermaksud untuk memperkenalkan diri. Tetapi aku malah bengong karena terpana dibuatnya, dan aku pun baru tersadar saat Yuko tersenyum padaku.
            “Oh iya.. iya.. kenalin aku Dewi sahabatnya Santi.” Jawabku sekenanya
            “Oh ini yang namanya Dewi, Santi juga sering cerita tentang kamu kok Dew.”
            “Santi.......” gumamku
            “Hehehe... ampun Dew.” Jawab Santi sambil cengingisan.
            Dan setelah perkenalan itu aku pun tak lepas memandang  mata Yuko, dan aku berharap dunia berhenti sekejab untuk memberiku waktu sedikit dengan Yuko.

***

            Postur yang tinggi, wajah yang menurutku sangat bebyface itu, apa lagi senyumnya yang bisa membuat matanya menyempit.
“Ahh apa sih yang sedang aku fikirkan, iya kalau aku mikirin dia trus dia tu juga mikirin aku, kalau gak... huft.”
            Jam dindingku pun menunjukkaan pukul 20.15 tapi rasanya mataku ini seperti ada lemnya, karena sangat susah untuk diajak kompromi. Sesaatku ingin memejamkan mata Hpku pun bergetar, ku lirik ternyata SMS itu dari Santi, dengan malasnya aku membuka SMS itu.
            “Dew kakak ku minta nomermu lo, gimana Dew? Trus kakak ku mintanya maksa lagi.”
            Seketika mataku pun langsung terbuka, akupun merasa seperti mimpi sampai-sampai aku membaca SMS dari Santi itu sekali lagi. Dan setelah ku pastikan apa yang ku baca tadi adalah benar apa adanya. Langsung saja ku balas SMS itu dengaan sigabnya.
“Jangan dikasih ya San, aku mohon.” jawabku sok jual mahal padahal aku ingin sekali mengenal Yuko lebih dekat lagi.
            “Tapi dia tetep maksa lo Dew.” Balas Santi
            “Ya sudah kalau begitu San, terserah kamu saja San. Ehh san bukannya tadi kamu telvon pakai nomerku seharusnya dia udah punya donk.”
            “Gak tau tu Dew maklum diakan makhluk aneh.”
            “Santi... gak boleh gitu ahh.”
            “Hehehe... iya iya cantik.”
            Andai ini tidak malam ingin ku teriah sekencang-kencangnya. Aku sangat senang, dan akupun memandaang Hpku terus, takutnya kalau Yuko SMS. Dan tiba-tiba Hpku pun bergetar. Dan setelah ku lihat SMS itu ternyata nomer baru dan aku sangat berharap itu adalah nomer Yuko.
            “Assalamuallikum....”
            Aku agak bingung mau balas gimana, takutnya ini bukan Yuko tapi kalau tidak ku balas takutnya ini adalah Yuko.
“Ahhh aku coba balas saja dulu.”  fikirku dalam batin.
“Walaikum sallam, maaf ini siapa ya?” balasaku.
“Aku Yuko kakaknya Santi, masih ingetkan Dew?”
            Aaaaaa... hati ku pun serasa ingin melompat dari tempatnya setelah ku tau kalau ini benar-benar Yuko.
            “Ohhh kak Yuko, ada apa kak?”
            “Gak ada apa-apa kok Dew, Cuma pengen SMS kamu aja, boleh kan Dew?”
            “Aduh gimana aku harus membalasnya ya.. “ gumamku.
            “Emmm boleh kok asal kakak kalau SMS tau waktu aja.”
            “Wokey Dew. Kamu manggilnya jangan kak dong Dew yuko aja gakpapa.”
            “okay.”
            Dan semenjak malam itu aku jadi sering SMSan dengan Yuko dan tak jarang juga aku berkomunikasi lewat telfon.

                                                                        ***

Waktupun terus berjalan, dan kedekatanku dengan Yuko pun seperti kertas dan lem saja. Bahkan kedekatanku dengan Yuko pun sudah sampai di telinga ibuku dan juga orang tua dari Yuko.
            Sore itu ibuku mengajak ku kerumah Santi dan akusangat bingung dan curiga tidak biasanya ibuku berdandan seperti ini.
            “Bu mau kerumah Santi aja kok harus dandan sih.”
            “Udahlah sayang, kamu cepat ganti baju sana.”
            “Gak ahh bu aku kerumah Sant gini aja.”
“Yakin kamu mau kesana dengan pakaian seperti itu, kita diundang makan malam di rumah Santi lo, ibu Santi yang mengundang katanya ada yang mau dibicarakan.”
            Hatiku pun langsung tak karuan dan aku pun seketika langsung masuk kamar untuk mencari baju yang cocok untuk ku kenakan nanti. Ohh iya bu mey tu adalah ibu dari Santi dan Yuko kalau Ayah Santi dan Yuko itu namanya om har tapi om ha sibuk menggeluti usahanya diluar kota.
            “Dewi udah pa belum, nanti telat lo.” Tanya ibu dari balik pintu
            “Iya bu sebentar.”
            Tidak lama kemudian aku keluar dari kamar dengan rambut yang ku biarkan terurai panjang, make-up yang natural, dan malam itu aku pakai dress yang agak pendek kira-kira 2 cm di atas lutut. Dan ketika ku diambang pintu aku melihat ibu yang tertawa melihat penampilanku malam itu.
            “Ibu kenapa? Ada yang salah dengan dandanan Dewi ya bu?”
“Enggak kok sayang, tapi aneh aja masa atasannya dress trus bawahannya sendal jepit gitu.”
            “Aduh... sebentar ya bu Dewi ganti dulu, Dewi lupa.”
            “Sayang.. Sayang..”
                                                                        ***

Sesampainya ku dirumah Santi aku disambut oleh keluarga Santi, Yuko pun juga turut menyambutku, dan tiba-tiba Yuko mendekati ku.
“Malam ini kamu cantik Dew” bisik Yuko
Dan akupun hanya membalas bisikan itu dengan senyuman.
 “Dewi kamu sadar gak malam ini warna baju kita serasi lo” timpal Yuko
“Loh.. kok bisa tadi kamu tanya sama ibuku ya.” Jawabku agak kesal.
“Ehhh.. enggak kok Dew beneran deh.”
“Dewi... Yuko... ayo masuk nanti makanannya  keburu dingin lo” pangil tante mey.
“Siap ma.” Jawab Yuko
Aku dan Yukopun masuk dan langsung menuju meja makan.
“Cieeeee... serasi banget sih pasangan ini.” Celetuk Santi.
Aku hanya tersenyum malu dan Yuko pun malah menggandeng tangan ku. Hatikupun berbunga-bunga saat itu.
“Ayo Dewi silahkan dimakan hanya ini yang bisa tante sajikan”
“Iya tante ini juga sudah cukup kok tan.”
Setelah makan malam selesai kami langsung menuju ruang keluarga.
“Dewi kamu bener-bener gak papa kalau Yuko dekat sama kamu?”
Pertanyaan tante mey itu seketika memcahkan keheningan.
“Emmm... gak papa kok tan  Yuko orangnya juga gak aneh-aneh kok tan.”
“Yuko gimana? Mama udah undang Dewi kesini lo katanya ada yang mau kamu bicarain sama Dewi.”
“Yuko... jadi kamu yang ngerencanain ini?” tanyaku kesal
“Iya Dew, emmm ma bantuin Yuko ngomong dong ma.”
“Ya ampun Yuko masa harus mama lagi.”
“Mama... ayolah Yuko malu.”
“Begini saja mama ngomong sama tante sud kamu ngomong ke Dewi ya.”
“Emmm.. oke ma Yuko sama Dewi ketaman aja ya ma.”
“Iya semoga berhasil sayang.” Jawab tante may yang disusul dengan senyuman.
Setelah itu Yuko langsung menarik tanganku, tetapi aku merasakan tangan Yuko saat itu gemeteran dan ketika ku melihat wajah Yuko wajahnya menunjuk kan wajah-wajah serius yang membuatku tambah bingung. Sesampainya aku dan Yuko ditaman aku duduk dengan Yuko di kursi yang tidak jauh dari kolam.
“Yuko aku boleh tanya?”
“Emmm sebentar Dew aku juga ingin tanya sama kamu tapi kamu jawab jujur ya Dew.”
“Iya emangnya kamu mau tanya apa sih? Trus mukanya jangan tegang gitu dong.”
“Eeeeeemmm. Aku boleh gak Dew jadi pengganti Ayah kamu?” tanya Yuko
“Haaaa... kamu mau nikah sama ibu ku? Gitu?”
“Aduhhhh... bukan gitu Dewi cantik? Dengerin dulu dong jangan nyimpulin sendiri gitu Dew, aku tu pengen jaga kamu.”
“Bentar deh ini maksudnya apa sih?”
“E.. em.. emm.. kamu mau gak jadi pacar aku?” tanya Yuko dengan gugup.
“Haaa... pacar?” jawabku penuh tanda tanya.
“Eeee lebih spesifiknya pengganti ayah kamu juga Dew. Mau ya Dew?”
“Tapi...”
“Percayalah Dew aku mohon.”
“Tapi aku gak mau ditinggal lagi, aku trauma.”
“Aku gak akan ninggalin kamu kok Dew, aku janji, ya Dew kamu mau jadi pacar aku ya plis.”
“Iya.” Jawabku singkat ditambah dengan senyum manisku.
“Yes... mama... aku diterima” triak Yuko yang disusul oleh canda tawa dan ocehan dari ruang keluarga.
“Ohh iya Dew kamu tadi mau tanya apa?”
“Gak jadi aja deh.”
“Kenapa?”
“Gak papa kok.”
Dan setealah malam itu aku semakin dekat dengan Yuko, dan tak jarang juga aku jalan keluar dengannya. Dia juga sering kerumah, tak lupa dia selalu mengingatkanku sewaktu aku salah begitu juga dengan aku yang selalu mengingatkan Yuko ketika dia salah. Tapi namanya juga anak muda jadi tak heran kalau ada masalah tapi untungnya masalah itu bisa cepat diselesaikan. Dan dia selalu memarahiku kalau aku telat pulang sekolah, apa lagi telat makan, tapi aku sadar Yuko seperti itu karena itu demi kebaikanku.
Dan saat itulah aku merasakan bahwa dia menepati janjinya, karena dia telah benar-benar berusaha untuk menjadi ayah ke dua ku.


_The End_

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar